Direktur RSUD Rupit Mengakui Salah, Lalai Obat Anti Bisa Ular Ngak Ada, DPRD Muratara : Kedepan Jangan Terulang Lagi
Direktur RSUD Rupit Mengakui Salah, Lalai Obat Anti Bisa Ular Ngak Ada, DPRD Muratara : Kedepan Jangan Terulang Lagi
MURATARA_Suara Rakyat Bersatu.Com - Hebohnya banyak desakan masyarakat untuk segera menindak lanjuti kelalaian RSUD Rupit dalam menangani penolakan pasien gawat darurat yang menewaskan seorang warga Desa Maur yang digigit ular hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Komisi II Kabupaten Muaratara menggelar rapat lintas komisi bersama lembaga eksekutif Muratara secara tertutup. di Gedung DPRD Muratara. Selasa (21/04/2020).
Hal itu dengan tegas disampaikan langsung Komisi II DPRD Muratara, A. Yudi Nugraha dalam keterangan persnya mengatakan dalam kegiatan rapat kami konsen dan keras bahwa wilayah Muratara 70 persen hutan kenapa kok bisa bius bisa ular ngak ada, apalagi mengingat Muratara dikelilingi hutan yang rawan ular dan binatang berbisa lainnya.
Lanjut ia, berharap pihaknya meminta agar manajemen RSUD itu dapat berjalan dengan baik, karena RSUD Rupit itu adalah ikon Kabupaten, dalam masalah ini jelas kelalaian pihak dari RSUD Rupit apalagi pihak rumah sakit sudah mengakuinya.
Laporan : Achen Dores, S.Kom.I
Editor : Hadi Prayitno, S.Kom
MURATARA_Suara Rakyat Bersatu.Com - Hebohnya banyak desakan masyarakat untuk segera menindak lanjuti kelalaian RSUD Rupit dalam menangani penolakan pasien gawat darurat yang menewaskan seorang warga Desa Maur yang digigit ular hingga mengakibatkan meninggal dunia.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Komisi II Kabupaten Muaratara menggelar rapat lintas komisi bersama lembaga eksekutif Muratara secara tertutup. di Gedung DPRD Muratara. Selasa (21/04/2020).
Hal itu dengan tegas disampaikan langsung Komisi II DPRD Muratara, A. Yudi Nugraha dalam keterangan persnya mengatakan dalam kegiatan rapat kami konsen dan keras bahwa wilayah Muratara 70 persen hutan kenapa kok bisa bius bisa ular ngak ada, apalagi mengingat Muratara dikelilingi hutan yang rawan ular dan binatang berbisa lainnya.
"Ini adalah kelalaian kesalahan besar, kok bisa dari bulan 9 ngak ada sampai sekarang, dan Direktur sudah mengakui bahwa mereka salah karena mereka lalai obat anti bisa ular ngak ada," Ungkapnya.
"Jadi kami harus bilang apa, kalu meraka sudah mengakui dan yang jelas untuk kedepanya jangan terulang lagi, yang namanya obat emergensi harus ada. Seperti obat rabies, anti bisa ular, obat kejang, obat jantung itu harus ada, " Tutupnya. (Achen)
Editor : Hadi Prayitno, S.Kom
Tidak ada komentar