Kemenag Muratara : Fenomena Dukhan, Masyarakat Harus Pintar Sikapi Suatu Informasi
Kemenag Muratara : Fenomena Dukhan, Masyarakat Harus Pintar Sikapi Suatu Informasi
MURATARA_Suara Rakyat Bersatu.Com - Beredarnya isu tentang akan adanya dukhan (fenomena kabut asap) akibat tabrakan meteor dengan bumi dan dikabarkan merupakan 10 tanda-tanda kiamat menurut Al-Qur’an dan hadist, saat ini menjadi perbincangan hangat dimasyarakat, khususnya di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Rabu (13/5/20).
Peristiwa dukhan yang digosipkan akan terjadi pada 15 Ramadhan 1441 H tepat 8 Mei 2020 atau pada 15 Mei 2020 itu, menyebabkan banyak menimbulkan sugesti yang tidak masuk akal. Seperti adanya ramai-ramai masyarakat memborong korek kayu dan memyiapakan perlengkapan lainyya, karena dikabarkan datangnya dukhan bumi akan gelap selama 40 hari 40 malam.
Menyikapai hal tersebut, Kepala Kemenag Kabupaten Musi Rawas Utara, H. Ikhsan Baijuri saat dikonfirmasi awak media mengatakan, bila melihat sesuatu dalil tentang suatu yang gaib haruslah secara nyata dan jelas. Kalau misalnya ada hadist, maka dilihat dulu apa status hadist itu. Apakah hadist itu mutawatir, goib, atau hadist roma.
Menurut ahli hadits, ada hadits yang mengatakan bahwa pada 15 Ramadhan bertepatan hari Jumat akan terjadinya dukhan, secara menyeluruh dan dunia menjadi gelap. “Alhamdulillah telah lewat masa itu dan peristiwa itu tidak terjadi. Namun sekarang ada isu lagi akan terjadi pada tanggal 15 Mei 2020 nanti, isunya lebih lama serta hal itu juga belum tentu, “ Jelasnya.
Untuk menyikapi semua itu, kata dia, sebagai seorang muslim jangan mudah terlalu percaya, karena memenag setiap ketentuan yang diajarkan oleh Islam itu ada dalilnya. “Dalil naklinya apakah itu dari ayat Alquran atau berdasarkan hadits. Kalau memang ada hadist lihat dulu hadistnya itu, serta kwalitas hadistnya,” Ungkapnya.
Lanjutnya, oleh karena itu masyarakat jangan mudah terlalu percaya dengan hal yang belum tentu benar.
“Kalaupun kita tidak mengerti, maka bertanyalah kepada yang mengerti kepada ahlinya. Karena salah tempat bertanya, maka salah juga kita menyimpulkan hasil yang didapatkan,” Tegasnya. (Achen)
Laporan : Acen Dores, S.Kom.I
Editor : Jadi Prayitno, S.Kom
MURATARA_Suara Rakyat Bersatu.Com - Beredarnya isu tentang akan adanya dukhan (fenomena kabut asap) akibat tabrakan meteor dengan bumi dan dikabarkan merupakan 10 tanda-tanda kiamat menurut Al-Qur’an dan hadist, saat ini menjadi perbincangan hangat dimasyarakat, khususnya di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Rabu (13/5/20).
Peristiwa dukhan yang digosipkan akan terjadi pada 15 Ramadhan 1441 H tepat 8 Mei 2020 atau pada 15 Mei 2020 itu, menyebabkan banyak menimbulkan sugesti yang tidak masuk akal. Seperti adanya ramai-ramai masyarakat memborong korek kayu dan memyiapakan perlengkapan lainyya, karena dikabarkan datangnya dukhan bumi akan gelap selama 40 hari 40 malam.
Menyikapai hal tersebut, Kepala Kemenag Kabupaten Musi Rawas Utara, H. Ikhsan Baijuri saat dikonfirmasi awak media mengatakan, bila melihat sesuatu dalil tentang suatu yang gaib haruslah secara nyata dan jelas. Kalau misalnya ada hadist, maka dilihat dulu apa status hadist itu. Apakah hadist itu mutawatir, goib, atau hadist roma.
Menurut ahli hadits, ada hadits yang mengatakan bahwa pada 15 Ramadhan bertepatan hari Jumat akan terjadinya dukhan, secara menyeluruh dan dunia menjadi gelap. “Alhamdulillah telah lewat masa itu dan peristiwa itu tidak terjadi. Namun sekarang ada isu lagi akan terjadi pada tanggal 15 Mei 2020 nanti, isunya lebih lama serta hal itu juga belum tentu, “ Jelasnya.
Untuk menyikapi semua itu, kata dia, sebagai seorang muslim jangan mudah terlalu percaya, karena memenag setiap ketentuan yang diajarkan oleh Islam itu ada dalilnya. “Dalil naklinya apakah itu dari ayat Alquran atau berdasarkan hadits. Kalau memang ada hadist lihat dulu hadistnya itu, serta kwalitas hadistnya,” Ungkapnya.
Lanjutnya, oleh karena itu masyarakat jangan mudah terlalu percaya dengan hal yang belum tentu benar.
“Kalaupun kita tidak mengerti, maka bertanyalah kepada yang mengerti kepada ahlinya. Karena salah tempat bertanya, maka salah juga kita menyimpulkan hasil yang didapatkan,” Tegasnya. (Achen)
Laporan : Acen Dores, S.Kom.I
Editor : Jadi Prayitno, S.Kom
Tidak ada komentar